Friday, December 04, 2009

Konektor Sosial, Bagian dari Community Marketing

Tanggapan atas Tantangan Konektor Sosial – tulisan Hermawan Kertajaya di Kompas.com

Konektor sosial seperti Facebook dan Twitter adalah aggregator traffic, di mana banyak orang berkumpul. Sebenarnya masing-masing dari pengunjung memiliki kepentingan yang berbeda-beda, mulai dari membaca pesan, berkenalan, bermain game hingga menjalin hubungan bisnis.

Di dunia fisik, analoginya adalah mall yang tiap minggunya dikunjungi oleh ribuan orang. Di sini adalah orang-orang juga memiliki berbagai kepentingan berbeda, dan menuju tempt-tempat berbeda. Mereka mengunjungi resaurant, tempat belanja, tempat bermain dan lain-lain.

Pembeda signifikan di antara dunia fisik dan virtual ini adalah kemampuan menciptakan komunitas di antara mereka yang punya kepentingan yang sama. Misalnya pengunjung resto yang tadinya sering berkunjung ke Pizza Hut, kini mendapat kesempatan untuk saling berkenalan lebih lanjut. Ini adalah kekuatan dari konektor sosial yang hanya dimungkinkan secara virtual. Mereka menjadi fans dari brand tersebut. Saling bertukar opini yang nantinya menciptakan benefit bagi pemilik brand karena mereka mendapatkan insight dari para pengunjung setia.

Konektor virtual membuka kesempatan menjalin jejaring baru dari komunitas yang tadinya tidak pernah terpikir untuk saling bertukar hubungan. Melalui hubungan virtual ini akan terbentuk pula koneksi real, sehingga koneksi virtual dan real saling mendukung di dalam menciptakan hubungan yang lebih kuat. Ini adalah bagian dari penciptaan community marketing.

Konektor sosial yang sudah eksis seperti Facebook dan Twitter, membuka platform mereka untuk dapat ditambahkan community marketing ini. Mereka sudah memiliki pelanggan setia, sehingga merupakan kesempatan yang baik untuk mendapatkan traffic dari pelanggan baru. Namun, bagaimanapun mereka memiliki keterbatasan.

Hubungan yang lebih personal akan bisa diciptakan jika pemilik brand memiliki platform khusus yang memahami kebutuhan dari pelanggan. Jadi traffic yang didapatkan dari platform yang sudah ada seperti Facebook & Twitter bisa diarahkan ke platform baru untuk menciptakan customer experience yang lebih mendalam.

Read the blog in English. Please leave comments on Ideonomics.com. Follow me on Twitter @andisboediman.

No comments:

Post a Comment